Cerita Tentang Kebesaran Allah: Penyesalan yang teramat sedih (ayah kembalikan tangan dita!)

Sabtu, 05 April 2014

Penyesalan yang teramat sedih (ayah kembalikan tangan dita!)

ini buat pelajaran kita semua sobat muslim, bahwasannya harta gk ada apa-apanya dibanding keluarga. Toh kita mencari harta demi keluarga kan? Ok langsung aja ke cerita sobat.
Bismillahir-Rahmanir-Rahim … Sepasang
suami isteri – seperti pasangan lain di kota-
kota besar meninggalkan anak-anak diasuh
pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak
tunggal pasangan ini, perempuan cantik
berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di
rumah dan kerap kali dibiarkan
pembantunya karena sibuk bekerja di
dapur. Bermainlah dia bersama ayun-
ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya,
ataupun memetik bunga dan lain-lain di
halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat.
Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil
ayahnya diparkirkan , tetapi karena
lantainya terbuat dari marmer maka coretan
tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil
baru ayahnya. Ya… karena mobil itu
bewarna gelap, maka coretannya tampak
jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat
coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke
tempat kerja karena ingin menghindari
macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah
penuh coretan maka ia beralih ke sebelah
kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan
ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam,
kucing dan lain sebagainya mengikut
imaginasinya. Kejadian itu berlangsung
tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang, terkejutlah pasangan
suami istri itu melihat mobil yang baru
setahun dibeli dengan bayaran angsuran
yang masih lama lunasnya. Si bapak yang
belum lagi masuk ke rumah ini pun terus
menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu
rumah yang tersentak engan jeritan itu
berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya
merah padam ketakutan lebih-lebih melihat
wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan
pertanyaan keras kepadanya, dia terus
mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu
dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau
lakukan?” hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya,
tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg
membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!”
katanya sambil memeluk ayahnya sambil
bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah
hilang kesabaran mengambil sebatang
ranting kecil dari pohon di depan rumahnya,
terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak
tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti
apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus
ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si
ayah memukul pula belakang tangan
anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja,
seolah merestui dan merasa puas dengan
hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah
terbengong, tidak tahu harus berbuat apa…
Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan
kanan dan kemudian ganti tangan kiri
anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah
diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut
menggendong anak kecil itu, membawanya
ke kamar.
Dia terperanjat melihat telapak tangan dan
belakang tangan si anak kecil luka-luka dan
berdarah. Pembantu rumah memandikan
anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan
air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga
menjerit-jerit menahan pedih saat luka-
lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu
rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah
sengaja membiarkan anak itu tidur bersama
pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua
belah tangan si anak bengkak. Pembantu
rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan
obat saja!” jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan
anak kecil itu yang menghabiskan waktu di
kamar pembantu. Si ayah konon mau
memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari
berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk
anaknya sementara si ibu juga begitu, meski
setiap hari bertanya kepada pembantu
rumah. “Dita demam, Bu”…jawab
pembantunya ringkas. “Kasih minum
panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu
masuk kamar tidur dia menjenguk kamar
pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita
dalam pelukan pembantu rumah, dia
menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah
memberitahukan tuannya bahwa suhu
badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita
bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata
majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang
sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter
mengarahkan agar ia dibawa ke rumah
sakit karena keadaannya susah serius.
Setelah beberapa hari di rawat inap dokter
memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak
ada pilihan..” kata dokter tersebut yang
mengusulkan agar kedua tangan anak itu
dipotong karena sakitnya sudah terlalu
parah dan infeksi akut…”Ini sudah
bernanah, demi menyelamatkan nyawanya
maka kedua tangannya harus dipotong dari
siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan
ibu bagaikan terkena halilintar mendengar
kata-kata itu. Terasa dunia berhenti
berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan
berat hati dan lelehan air mata isterinya, si
ayah bergetar tangannya menandatangani
surat persetujuan pembedahan. Keluar dari
ruang bedah, selepas obat bius yang
disuntikkan habis, si anak menangis
kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua
tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya
muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah
pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi
melihat mereka semua menangis. Dalam
siksaan menahan sakit, si anak bersuara
dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita
tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau
lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita
sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang
kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa
sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..”
katanya memandang wajah pembantu
rumah, sekaligus membuat wanita itu
meraung histeris.
“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa
diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya
lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan
nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain
nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret
mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa
hancur hati si ibu mendengar kata-kata
anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati
namun takdir yang sudah terjadi tiada
manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi
bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu
meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan
dan ia masih belum mengerti mengapa
tangannya tetap harus dipotong meski
sudah minta maaf…Tahun demi tahun
kedua orang tua tersebut menahan
kepedihan dan kehancuran bathin sampai
suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan
kepedihannya dan wafat diiringi tangis
penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si
Anak dengan segala keterbatasan dan
kekurangannya tersebut tetap hidup tegar
bahkan sangat sayang dan selalu
merindukan ayahnya..
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil
Hikmah-Nya … Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda sangat berharga bagi kami