Cerita Tentang Kebesaran Allah: Pengalaman Mati Suri

Sabtu, 05 April 2014

Pengalaman Mati Suri


Kesaksian Warga Bengkalis yang Mati Suri
dalam Temu Alumni ESQ 'Menyaksikan Orang
Disiksa dan Ingin Kembali ke Dunia'.
Pengalaman mati suri seperti yang dialami
Aslina, telah pula dirasakan banyak orang.
Seorang peneliti dan meraih gelar doktor
filsafat dari Universitas Virginia Dr Raymond
A Moody pernah meneliti fenomena ini.
Hasilnya orang mati suri rata-rata memiliki
pengalaman yang hampir sama.Masuk
lorong waktu dan ingin dikembalikan ke
dunia.
Catatan ini dilengkapi pula dengan
penjelasan instruktur ESQ Legisan Sugimin
yang mengutip Al-Quran yang menjelaskan
orang yang mati itu ingin dikembalikan ke
dunia, serta penelusuran melalui internet
tentang Dr Raymond. Bagi pembaca yang
ingin mengetahui perihal Dr Raymond dapat
membuka situs www.lifeafterlife. Com dan
hasil penelitian Raymond tentang mati suri
dapat dibaca di buku Life After Life.
Aslina adalah warga Bengkalis yang mati
suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia
sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian
saat nyawanya dicabut dan apa yang
disaksikan ruhnya saat mati suri.
Sebelum Aslina memberi kesaksian,
pamannya Rustam Effendi memberikan
penjelasan pembuka. Aslina berasal dari
keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak
kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada
umur tujuh tahun tubuhnya terbakar api
sehingga harus menjalanidua kali operasi.
Menjelang usia SMA ia termakan racun.
Tersebab itu ia menderita selama tiga tahun.
Pada umur 20 tahun ia terkena gondok
(hipertiroid) . Gondok tersebut
menyebabkan beberapa kerusakan pada
jantung dan matanya. Karena penyakit
gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006
Aslina menjalani check-up atas gondoknya
di Rumah Sakit Mahkota Medical Center
(MMC)
Melaka Malaysia . Hasil pemeriksaan
menyatakan penyakitnya di ambang batas
sehingga belum bisa dioperasi.
'' Kalau dioperasi maka akan terjadi
pendarahan” jelas Rustam. Oleh karena itu
Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya
tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar
biasa, dan terpaksa pamannya membawa
Aslina kembali ke Mahkota sekitar pukul 12
malam itu. Ia dimasukkan ke unit gawat
darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan
napasnya sesak.Lalu ia dibawa ke luar UGD
masuk ke ruang perawatan. '' Aslina seperti
orang ombak (menjelang sakratulmaut, red).
Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan
syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya
Aslina menghembuskan nafas terakhir, ''
ungkapnya. Usai Rustam memberi
pengantar, lalu Aslina
memberikan kesaksiaannya.
'' Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon
mayat, calon penghuni kubur,'' begitu ia
mengawali kesaksiaannya setelah meminta
seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball
Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru
tersebut membacakan shalawat untuk Nabi
Muhammad SAW. Tak lupa ia juga
menasehati jamaah untuk memantapkan
iman, amal dan ketakwaan sebelum mati
datang. '' ” Saya telah merasakan mati,'' ujar
anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar
kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit
mati itu.
Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut
itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari
daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. ''
Terasa malaikat mencabut (nyawa, red) dari
kaki kanan saya,''
tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan
oleh pamannya kalimat thoyibah. '' Saat di
ujung napas, saya berzikir,'' ujarnya.
''Sungguh sakitnya, Pak, Bu,'' ulangnya di
hadapan lebih dari 300 alumni ESQ
Pekanbaru.
Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut
dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya
ada dokter, pamannya dan ia juga melihat
jasadnya yang terbujur. Setelah
itu datang dua malaikat serba putih
mengucapkan ” Assalaimualaikum kepada
ruh Aslina. Malaikat itu besar, kalau
memanggil, jantung rasanya mau copot,
gemetar,'' ujar Aslina mencerita pengalaman
matinya.
Lalu malaikat itu bertanya: ''siapa Tuhanmu,
apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa
nama orangtuamu. " Ruh Aslina menjawab
semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia
dibawa ke alam barzah. '' Tak ada teman
kecuali amal,'' tambah Aslina yang Ahad
malam itu berpakaian serba hijau.
Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan
seorang pendakwah, tapi malam itu ia
tampil memberikan kesaksian bagaikan
seorang muballighah. Di alam barzah ia
melihat seseorang ditemani oleh sosok yang
mukanya berkudis, badan berbulu dan
mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok
itulah adalah amal buruk dari orang
tersebut.
Aslina melanjutkan. ''Bapak, Ibu, ingatlah
mati,'' sekali lagi ia mengajak hadirin untuk
bertaubat dan beramal sebelum ajal
menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan
kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua
orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali
berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia
memanggil malaikat itu dengan '' Ayah ''.
''Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan
ayah saya,'' tanyanya. Lalu muncullah satu
sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang
berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab
ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun.
Ternyata memang benar, sosok muda itu
adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan
salam ke ayahnya dan berkata: ''Wahai ayah,
janji saya telah sampai.'' Mendengar itu ayah
saya menangis. Lalu ayahnya berkata
kepada Aslina. '' Pulanglah ke rumah,
kasihan adik-adikmu. '' ruh Aslina pun
menjawab. ''Saya tak bisa pulang, karena
janji telah sampai ''.
Usai menceritakan dialog itu, Aslina
mengingatkan kembali kepada hadirin
bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-
benar ada. '' Alam barzah, akhirat, surga dan
neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,''
ujarnya bak seorang pendakwah.
Setelah dialog antara ruh Aslina dan
ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu
dua malaikat memimpinnya kembali, ia
bertemu dengan perempuan yang beramal
shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi.
Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk
dan didudukkan di kursi tersebut,
disebelahnya terdapat seorang perempuan
yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh
Aslina bertanya kepada perempuan itu.
''Siapa kamu?'' lalu perempuan itu
menjawab.''Akulah (amal) kamu.''
Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat
dan amalnya berjalan menelurusi lorong
waktu melihat penderitaan manusia yang
disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki
yang memikul besi seberat 500 ton,
tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya
koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh
Aslina bertanya kepada amalnya. '' Siapa
manusia ini ? '' Amal Aslina menjawab
orang tersebut ketika hidupnya suka
membunuh orang.
Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan
dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke
amalnya tentang orang tersebut. Amalnya
mengatakan bahwa manusia tersebut tidak
pernah shalat. Selanjutnya tampak pula oleh
ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke
tubuhnya. Ternyata orang itu adalah
manusia yang suka berzina. Tampak juga
orang saling bunuh, manusia itu ketika
hidup suka bertengkar dan mengancam
orang lain.
Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang
ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan
terdapat 80 mata pisau yang tembus ke
dadanya, lalu berlumuran darah, orang
tersebut menjerit dan tidak ada yang
menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada
amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah
orang juga suka membunuh. Ada pula
orang yang dihempaskan ke tanah lalu
dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang
durhaka dan tidak mau memelihara orang
tuanya ketika di dunia.
Perjalanan menelusuri lorong waktu terus
berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam
yang gelap, kelam dan sangat pekat
sehingga dua malaikat dan amalnya yang
ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul
suara orang mengucap : Subnallah,
Alhamdulillah dan Allahu Akbar.
Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu
di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih
yang memiliki biji 99 butir.
Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak
tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan
cahaya, di belakang tepak itu terdapat
gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat
batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada
amalnya tentang tepak itu. Amalnya
menjawab tepak tersebut adalah husnul
khatimah. (Husnul khatimah secara literlek
berarti akhir yang baik. Yakni keadaan
dimana
manusia pada akhir hayatnya dalam
keadaan (berbuat) baik,red).
Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan azan
seperti azan di Mekkah. Ia pun mengatakan
kepada amalnya. ''Saya mau shalat.'' Lalu
dua malaikat yang memimpinnya
melepaskan tangan ruh Aslina. ''Saya pun
bertayamum, saya shalat seperti orang-
orang di dunia shalat,'' ungkap Aslina.
Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk
melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan
pula kepada ruh Aslina, makam Nabi
Muhammad SAW. Dimakam tersebut
batangan-batangan emas di dalam tepak
''husnul khatimah'' itu mengeluarkan
cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya
seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu
pun bicara kepada ruh Aslina. ''Tolong kau
sampaikan kepada umat, untuk bersujud di
hadapan Allah.''
Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran
manusia dari berbagai abad berkumpul di
satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina
hanya berjarak sekitar lima meter dari
kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia
itu berkata. ''Cepatlah kiamat, aku tak tahan
lagi di sini Ya Allah.'' Manusia-manusia itu
juga memohon. ''Tolong kembalikan aku ke
dunia, aku mau beramal.''
Begitulah di antara cerita Aslina terhadap
apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri.
Dalam kesaksiaannya ia senantiasa
mengajak hadirin yang datang pada
pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat
dan beramal shaleh serta tidak melanggar
aturan Allah. Setelah kesaksian Aslina,
instruktur Pelatihan ESQ Legisan Sugimin
yang telah mendapat lisensi dari Ary
Ginanjar (pengarang buku sekaligus
penemu metode Pelatihan ESQ) menjelaskan
bahwa fenomena mati suri dan apa yang
disaksikan oleh orang yang mati suri pernah
diteliti ilmuan Barat. Legisan
mengemukakan pula, mungkin di antara
alumni ESQ yang hadir pada Ahad (24/9)
malam
itu ada yang tidak percaya atau ragu
terhadap
kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya,
rata-rata orang yang mati suri merasakan
dan melihat hal yang hampir sama.
'' Apa yang disampaikan Aslina, mungkin
bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita
semua, '' ujarnya.Legisan menjelaskan
penelitian oleh Dr Raymond A Moody Jr
tentang mati suri. Raymond mengemukakan
orang mati suri itu dibawa masuk ke lorong
waktu, di sana ia melihat rekaman seluruh
apa yang telah ia lakukan selama hidupnya.
Dan diakhir pengakuan orang mati suriitu
berkata: ''Dan aku ingin agar aku dapat
kembali dan membatalkan semuanya.''
Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat
orang-orang berteriak ingin dikembalikan
ke dunia dan ingin beramal serta penelitian
Raymond yang menyebutkan' ' aku ingin
agar aku dapat kembali dan membatalkan
semuanya,'' Legisan mengutip ayat Al-Quran
Surat Al-Mu'muninun (23) ayat 99-100:
Hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata:''Ya,
Tuhanku kembalikanlah aku (ke
dunia).''(99) . Agar aku berbuat amal yang
saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari
mereka dibangkitkan. (100).
Sebagai penguat dalil agar manusia
bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-
Zumar ayat 39: ''Dan kembalilah kamu
kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab
kepadamu kemudian kamu tidak dapat
ditolong (lagi).''
Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta
nasehat dari Legisan. Intruktur ESQ itu
menyarankan agar Aslina senatiasa
berdakwah dan menyampaikan
kesaksiaannya
saat mati suri kepada masyarakat agar
mereka bertaubat dan senantiasa mentaati
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Setelah acara, banyak di antara alumni
yang bersimpati dan ingin membantu
pengobatan sakit gondoknya. Para
hadirinpun menyempat diri untuk berfoto
bersama Aslina.
Semoga pembaca dapat mengambil
pelajaran dari kesaksiaan tersebut.
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda sangat berharga bagi kami